Ternyata diam juga sesuatu. Ya, sesuatu. HaHa. Terkadang saat melihat banyak kekurangan-kekurangan yang ada di sekitarku, saya ingin mengomentari ini dan itu, memberikan kritik dan saran agar bisa berubah menjadi lebih baik. Saya pernah mencoba melakukannya, kadang itu berhasil, namun sebagian gagal. Gagal dalam arti, apa yang saya katakan tidak dianggap sebagai sesuatu yang baik malah menjengkelkan. Terkadang bisa berkata dalam hati, “Maksud baik, tapi kok diperlakukan begitu?!”. Terkadang harus menyerah karena apa yang dilakukan sebenarnya sia-sia saja. Mau menyalahkan siapa? Apakah maksud baik namun salah penyampaian? Atau tidak sesuai sikon saat menyampaikan hal tersebut? Atau memang keras kepala tidak ingin berubah? Atau sebenarnya saya yang terlalu ikut campur urusan orang?
✽
Pengalaman dari hasil pemikiran tersebut pasti pernah dirasakan oleh sebagian dari kita, namun saya sempat merasakannya “kembali” ketika saya menggambar sebuah sketsa sederhana, sebuah karakter yang menggabungkan kedua tangan, sambil tersenyum merasakan suatu kedamaian.
Sebuah quote akhirnya muncul begitu saja (tanpa direncanakan): “Sometimes Silence is the Best Answer”. Terkadang DIAM itu adalah jawaban yang terbaik. Saya mencoba memahami lebih jauh tentang makna dari quote tsb yang selintas terpikirkan setelah siap menyelesaikan sketsa tsb. Ternyata, pengalaman “awal” yang saya hadapi, yang bermaksud baik tapi diperlakukan begitu, merupakan keegoisan saya saja. Saya hanya ingin segala sesuatu berubah sesuai keinginan saya, dan jika saya terus memaksa kehendak tsb, maka banyak yang tidak merasa nyaman, dan saya hanya menyiksa diri, juga membuat sikon tsb terasa jengkel dan menyakitkan.
✽
Sometimes we don’t need to express our feeling to people, though we think that they have a wrong perspective. The more we explain, the more they will judge us negatively. And yes, sometimes silence is the best answer!
✽
Saya bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa mengomentari suatu sikon tidak selamanya salah, namun tidak selamanya benar juga. Terkadang saya harus diam, melihat segala sesuatu terjadi secara alami dan mengoreksi diri sendiri. Jika sesuatu tidak baik di mata saya, maka tidak perlu banyak bicara, lihat diri sendiri apakah saya begitu juga atau tidak. Jika tidak, saya akan berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan seperti itu suatu saat nanti. Cukup sulit jika saya harus menyalahkan ini dan itu, sedangkan saya hanya terus melihat kesalahan dan kekurangan yang ada di sekitar saya. Terkadang apa yang saya lihat juga belum tentu benar adanya sesuai pandangan teropong yang saya gunakan. Namun, diam belum tentu tidak peduli, karena saya yakin, WAKTU akan menunjukkan segalanya. Tetap semangat! (:
Baca juga: Chasing a Dream, not Competition | Mindset dan Lampu Lalu Lintas
Feel free to like & share: