Balance (seimbang) adalah kata pertama yang mengisi prinsip hidup saya. Prinsip hidup ini pun muncul beberapa bulan yang lalu ketika terinspirasi dari seminar yang dibawakan oleh Pembina I – BLIA YAD Indonesia, Chandra Salim. Memiliki prinsip hidup serasa kita memiliki fondasi yang lebih kuat dalam menjalani hidup. Masing-masing orang bisa saja memiliki permasalahan yang sama, namun pada dasarnya, setiap permasalahan memberikan dampak yang berbeda terhadap orang tersebut.

 

“Sup ini rasanya asin ya..”

 

Ketika ada dua orang yang mencicipi sup tersebut, mereka akan mengatakan hal yang sama, tapi bisa saja, yang satu merasa sangat asin, namun yang satu merasa asin yang biasa-biasa saja.

 

Prinsip hidup membantu kita memfokuskan poin tertentu dan tantangan yang ada di sekeliling kita. Hidup tentu penuh dengan aspek-aspek yang terkait, seperti keluarga, pendidikan, teman, saudara, hobi, tanggung jawab, dan hal-hal lainnya. Terlalu fokus hanya pada satu aspek, maka aspek lainnya bisa saja terbengkalai. Memfokuskan semua aspek secara bersamaan juga membuat kita tidak maksimal dalam hidup. Terlalu banyak aspek juga kebingungan. Tidak ada aspek kehidupan serasa hidup ini tiada artinya. Jadi, harus bagaimana yah?

 

 

Keseimbangan hidup (Balance of life) menjadi salah satu kunci yang menyadari saya untuk tetap berdiri tegak dalam menghadapi hal tersebut. Orang bisa saja bertanya,

 

“Jadi kalau seimbang, berarti kadang kita harus jahat dan kadang kita juga harus baik yah?”

 

Suatu kata/kalimat bisa saja memberikan makna yang berbeda bagi tiap orang, namun keseimbangan hidup yang dimaksud ini adalah ketika aspek yang satu tidak memiliki tingkatan yang sangat jauh dengan aspek lainnya.

 

Mari kita lihat kasus berikut ini, “Jimmy adalah murid yang hendak menghadapi ujian. Selama mempersiapkan diri, Jimmy sampai mengorbankan waktunya untuk belajar sampai larut malam. Ketika diajak keluar bersama keluarga, dia tetap fokus dengan belajarnya. Lama kelamaan, kesehatannya mulai tidak terjaga, dan hubungan keluarga serta pertemanan juga  mulai renggang. Setelah ujian berakhir, dia mendapat nilai yang cukup memuaskan. Dia semakin bersemangat untuk meningkatkan pendidikannya lagi, namun, Jimmy mulai menyadari bahwa telah terjadi kesenjangan. Dia pun mulai belajar memanfaatkan waktunya untuk membangun kembali hubungan keluarga dan pertemanannya. Walaupun sebentar saja, tapi setidaknya tidak ada jurang besar yang memisahkan hubungannya. Kesehatan mulai diperhatikan dan dia sudah mulai membagi waktu kapan dia harus memfokuskan diri untuk belajar dengan hal lainnya.”

 

Tanpa keseimbangan hidup, Jimmy bisa saja telah dikatakan memakai “kacamata kuda” sehingga dia akan terus mengejar apa yang dia lihat di depannya dan keinginannya, namun dia tidak pernah bisa melihat hal-hal disampingnya. Pada akhirnya, dia akan “menyesal “dengan apa yang telah dia lakukan selama ini.

 

Diibaratkan ketika kita melangkah terus, ada kalanya kita perlu berhenti untuk istirahat dan menyadari tempat apa yang kita injak sekarang. Selanjutnya, apakah kita terus melangkah? Atau kita harus mundur dulu? Atau apakah kita harus berlari kencang dan suatu saat kita harus berjalan santai?

 

Masing-masing orang memiliki kasus yang berbeda, namun ada beberapa hal yang perlu kita sadari yaitu :

–          Apakah hal yang kita korbankan selama ini sudah memberikan hasil yang baik?

–          Apakah mungkin kita masih kurang fokus dengan apa yang kita kerjakan?

–          Apakah kita terlalu fokus sampai kita lupa untuk berhenti dan menoleh ke belakang?

–          Apakah kita sedang berusaha melupakan atau mengesampingkan hal-hal yang sedang bermasalah sedangkan kita tetap mempertahankan hal-hal yang tidak ada masalahnya?

–          Apakah mungkin kita sengaja pura-pura tidak tahu atas masalah yang sedang kita hadapi dan merasa tidak ada masalah?

–          Apakah ada banyak masalah yang sedang menumpuk dan kita sering berusaha meyakinkan diri dengan berkata “Tenang saja, saya akan mengatasinya NANTI”, padahal kita tidak memikirkan solusinya?

 

 

Yah, orang yang sebenarnya bisa mengatasi masalah kita hanyalah diri kita sendiri. Kita bisa saja meminta pendapat atau saran dari orang lain, namun yang perlu kita sadari adalah bahwa kitalah yang lebih mengerti masalah tersebut ketimbang orang lain.

 

 

Semoga tulisan ini selalu mengingatkan diri kita ketika kita sudah mulai melupakan hal-hal yang kecil dan berharga dalam hidup ini, ketika kita tidak menghargai hal-hal di sekeliling kita dengan baik, dan ketika kita tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah kita dapatkan dan capai selama hidup ini.

“ Yang disebut ‘pemberani’ adalah berani melawan kebiasaan buruk diri sendiri.
Yang disebut ‘murah hati’ adalah senantiasa mau memaafkan kesalahan orang lain.”
Perenungan Dharma dari Ven. Master Hsing Yun

 

 

Thanks for reading..

Always welcome your comment and response..

TQ

 

Be balance!

(:

 

————————

Related posts :

Pelajaran yang berharga

Masalah dan kedisplinan diri

Learn and Balance

Fight my bad habit

I’m so grateful