1.jpgWah, 7 bulan lamanya gak update blog lagi. Aku kembali jika ada “tetek bengek” yang pengen kucurahkan tanpa orang harus mengetahuinya secara langsung. Yah. Ngomong soal kebaikan, mungkin kita tahu ada pepatah mengatakan, “Jika tidak bisa berbuat baik, setidaknya jangan berbuat jahat. Jika tidak bisa berkata baik, setidaknya jangan berkata kasar.”

.

Quote itu beneren gak memaksa dan adil menurut aku. Karena orang baik itu belum tentu dikatakan baik kalau hanya dia berbuat kebaikan. Gak buat jahat juga uda termasuk baik. Dan, orang yang bisa berbuat baik itu sebuah anugerah tambahan yang pantas disyukuri dan tidak perlu dibandingkan dengan yang tidak punya kesempatan untuk itu. Yah, tidak semua orang punya kesempatan dan kemampuan untuk bisa berbuat baik, dan kondisi tsb tidak perlu membuat adanya perasaan berkecil hati. Well, melalui berbagai pengalaman dan kondisi yang aku hadapi, ada berbagai kasus yang membuat hatiku penuh kejengkelan, dimana hal ini menyangkut dengan quote di atas.
.

Bisa bayangkan gak, ada kondisi dimana ada sebagian orang yang gak berbuat jahat tetapi mencegah orang untuk berbuat baik. Ya, mencegah! Bisa bayangkan gak, orang yang mau berbuat baik itu akhirnya jadi takut dan menyesal. Aku yang menyaksikan itu secara langsung rasanya kayak “Aduh, kok gitu sih jadi orang? Orang kalau mau berbuat baik, mana mau lagi. Situ dosanya kurasa gak beda jauh lagi sama orang yang berbuat jahat di luar sana. Duh duh duh.”

.

Aku sebenarnya gak bisa tinggal diam melihat kondisi seperti itu karena aku beneren sangat keras jika saya yakin ini adalah untuk kebaikan lebih banyak orang. Tetapi banyak pertimbangan yang membuatku untuk tidak memberontak. Yah, ada beberapa hal besar yang “terpaksa” harus menjadi prioritas utama yang perlu diselesaikan terlebih dahulu. Tapi saya beneren belajar satu hal yang beneren masuk di hati.

Ketika kita sudah memiliki suatu kedudukan ataupun wajah yang lebih terpandang, dan juga memiliki “deking” di belakang yang bisa aja membela kita walaupun kita salah, atau mungkin karena jasa kita yang telah berpuluh tahun sudah kita tabung dan bisa kita banggakan, well sebaiknya jangan jadikan itu sebagai alat penguasa yang bisa dimanfaatkan dengan semena-mena walaupun kita merasa kita benar.

Pembelajaran ini yang membuatku “takut” akan kekuasaan dan kedudukan. Dulu aku sangat ambisius dengan namanya “jabatan” karena rasanya keren dan bisa memerintah dengan gagahnya seperti pemimpin yang saya tonton di televisi/film. Tetapi setelah melihat beberapa contoh dimana banyak orang yang berubah 180 derajat ketika berada di posisi tersebut, aku beneren takut. Yes, T A K U T. Aku takut berubah dengan “GAK SADAR” dan merasa bawah orang yang telah berubah memandang diriku, dimana kenyataannya aku lah yang sudah berubah.

.

Dan, 1 lagi. Jangan jadi penyulut api alias tukang bakar, yang di belakang suka mengompori tetapi di depan pura-pura bego, mikirnya orang lain gak tau dan mikirnya juga orang lain itu bego, kiranya ini semua terjadi secara alami. Aku beneren sedang melihat drama yang sangat mengguncang emosional hati. Aku kadang pengen ketawa sangking keselnya berkata dalam hati, “Eh, ada aja yah orang seperti ini.” dan kadang pengen aja aku cubit pipinya, “Aduh, kamu ngeselin deh!”.

.

Yah, setelah berpikir sangat panjang, cara meluapkan kekesalan dengan emosional gak akan mengatasi permasalahan seperti ini. Aku hanya bisa mencurahkan lewat tulisan, dan mengambil hikmah pembelajaran dimana ini mengingatkanku untuk tidak menjadi orang seperti itu. Just as a self-reminder dan semoga kalian yang mengalami kondisi seperti ini, anggaplah untuk menguji kesabaran. Bagi sebagian yang mungkin merasa “tersindir”, yang pastinya tidak disengaja, tapi setidaknya kamu bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan tindakan tsb, baik yang kamu sadari ataupun bisa aja tidak kamu sadari dan memahami bagaimana pandangan orang yang menyaksikannya dari sudut pandang yang berbeda.
.
Yah, aku sangat menyayangkan, jika orang yang sudah sangat lama berada di lingkungan yang baik tetapi menjadi “terlena” dengan kedudukan dan “aman” dengan memanfaatkan tameng dari orang-orang tertentu, yah aku rasa percuma saja. Dipandang secara luar itu bagus rupanya didalam terdapat beribu lika-liku permainan merangkai kata dan bersilat lidah.
 .
Terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran ini.