Beberapa minggu belakangan ini, saya banyak menghabiskan waktu di rumah. Menyendiri di ruang kerja, saya pun merasakan depresi yang membuat saya stagnan dan tidak produktif. Menghabiskan waktu di dunia maya dan bermain games hingga 4-6 jam setiap hari, saya merasa itu hanyalah sebuah pelampiasan untuk lari dari kehidupan nyata. Setelah rasa ngantuk menyadariku untuk berhenti, saya lalu menyesali bahwa apa yang saya lakukan itu tidak ada artinya di masa mendatang. Dengan berjanji dengan diri sendiri bahwa itu tidak akan terulang lagi, eh besoknya malah diulangi lagi. Setiap hari, terus-menerus, saya melakukan hal yang sama, namun saya terus membohongi diri sendiri. Saya menyadarinya namun tidak bisa melawannya. Saya tidak bisa melawannya, lalu saya pun menyesalinya.

Terkadang pikiran berimaginasi untuk merencanakan banyak hal untuk dilakukan, namun semuanya sirna ketika berakhir dalam tindakan. Menceritakan segala visi misi kepada orang lain agar mereka terkagum, namun sebenarnya saya sendiri belum tentu bisa merealisasikannya. Semuanya hanya rencana, namun tindakan belum tentu ada. Walaupun tindakan sudah ada, namun konsistensi akhirnya tiada.

Saya terus melawan diri saya sendiri, dan semakin dilawan, saya sebenarnya semakin tertekan. Ada sebuah sisi dimana saya ingin diperhatikan dan diberikan pujian. Mengharapkan respon dari setiap foto dan video yang saya unggah di sosial media, saya semakin terikat dengan terus menunggu setiap notifikasi agar batin ini terpuaskan. Dan ketika respon yang datang tidak seperti yang saya harapkan, tekanan kembali lagi datang dan berakhir dengan pelampiasan menghibur diri sendiri. Saya sadar, saya sudah tertarik cukup dalam di kehidupan maya. Yang saya korbankan adalah waktu di masa muda saya ini.

Saya semakin sadar bahwa saya memiliki dua sisi yang bertolak belakang dan saling melawan. Mereka berusaha ingin mendominasi namun saya yang berada di antara itu malah tidak bisa mengambil keputusan. Saya tertarik kesana kemari, tidak ada prinsip yang saya pegang teguh untuk melawannya. Saya sedang mencari tahu bagaimana saya harus menghadapi momen seperti ini. Momen ini tidak akan pernah hilang dan saya harus lebih siap ketika momen tsb kembali datang.

Sebenarnya saya sudah mencoba melawan, namun sisi tersebut semakin kuat dan mendominasi. Yang bisa saya lakukan sekarang adalah berusaha merubah perspektif. Menerima sisi tersebut tanpa melawan dan menjadikannya sebuah batu loncatan untuk memperkuat sisi yang sebaliknya. Batin ini memang tidak pernah diam dan susah diatur. Naik turun kesana kemari, yang pada akhirnya saya harus memutuskan sisi mana yang harus saya pertahankan untuk dijadikan kebiasaan dan karakter diri. Saya yakin inilah ujian terberat di masa muda karena ini tidak hanya sekedar mencari jati diri, namun bagaimana melawan kebimbangan dan bertoleransi dengan dua sisi kepribadian dalam diri kita.

Tetap semangART!