Jika ditanya, apa tujuan hidup saya sekarang, mungkin bakal sulit untuk dijawab. Terlalu banyak, dan saya juga tidak yakin apakah semuanya itu adalah tujuan hidup yang sebenarnya ataulah bukan. Namun, yang pasti, saya bisa mewakili semua jawaban tersebut melalui foto ini.

Brothership

Dua saudara kandung, Daniel Wijaya (kiri) dan Darwin Wijaya (kanan), mereka berdua secara tidak langsung merupakan alasan sederhana bagi saya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi hingga sekarang. Saya masih ingat, ketika salah satu dari kami ada yang nangis, maka kami bertiga akan dipukuli mama. “Saya tidak mau tahu siapa yang salah! Pokoknya jika kalian tidak bisa saling jaga satu sama lain dan ada yang nangis, maka kalian semua saya pukul.”, kata Mama sambil memegang rotan yang kami takuti ketika itu.

.

Kami mungkin belum mengerti maksud mama saat itu. Mama memang terlalu kejam. Tapi kalimat mama tersebut sampai sekarang masih membekas walaupun sudah bertahun-tahun lamanya. Saya bersyukur dengan didikan mama papa selama ini, yang membuat kami semakin mengerti akan hidup ini dengan pikiran yang lebih terbuka dan bijak.

“Kamu adalah abang tertua, dan kamu harus menjadi contoh yang baik bagi kedua adik kamu. Mereka secara tidak langsung akan mencontohi kamu. David, percayalah kata Mama. Baik ataupun buruknya keluarga ini di masa mendatang, semuanya akan bergantung pada kamu.”

Tanggung jawab tersebut tidak mudah. Namun, apa yang mama sampaikan adalah sebuah harapan bagi saya sebagai anak pertamanya. Dia tidak mengharapkan saya menjadi apa kelak, dia tidak mengharapkan saya mendapatkan jabatan apa kelak, dia tidak mengharapkan tingkatan pendidikan apa yang saya raih kelak, harapannya sangatlah sederhana: Jadilah contoh yang baik bagi keluarga. Saya kadang tidak yakin bisa mempertanggungjawabkan nasehat tersebut, saya tidak tahu seberapa tegar saya bisa menjadi orang yang baik di keluarga ataupun masyarakat kelak, namun saya sadar bahwa saya telah hidup di dunia ini bersama mereka, dan saya tidak punya pilihan lagi selain harus menjaga mereka.

.

Semoga ini tidak hanya sekedar rangkaian kata. Semoga ini tidak hanya sekedar curhatan batin. Namun, semoga ini menjadi pengingat dan penyadar bagi saya untuk tidak melupakan harapan keluarga yang sederhana itu. Sebuah foto di tahun 2005 yang telah terlewati 10 tahun ini tidak boleh menjadi sebuah kenangan yang akan terlupakan kelak, namun harus menjadi sebuah momen yang bisa membuat saya kembali merenungkan bagaimana saya harus memandang arti dari sebuah kehidupan, dan bagaimana saya harus semakin menghargai jodoh yang baik ini bersama mereka.

.

Terima kasih atas segala hal yang telah terjalin bersama mereka. Semoga mereka tetap menjadi alasan sederhana bagi saya untuk tetap “sadar” akan jodoh baik keluarga di kehidupan ini. Tetap semangat!