Pernahkah kamu merasakan sebuah perasaan dimana segala sesuatu berhenti dan membuatmu berdiam diri sejenak? Memandangi dirimu sendiri dan bertanya dalam hati, “Apa tujuan saya hidup di dunia ini?”. Segala sesuatu kadang terasa begitu hampa. Bahagia lalu sedih. Sedih lalu bahagia. Kadang bukan sedih, juga bukan bahagia. Ada suatu perasaan yang tidak bisa dengan mudah diungkapkan dengan kata-kata. Yah. Dunia terus berputar. Waktu terus berdetak. Jantung terus berdenyut. Orang-orang terus menyibukkan dirinya dengan kegiatan rutin yang tak habis-habisnya. Begitu juga dengan semut-semut kecil yang tak pernah berhenti berjalan kesana-kemari. Apakah kita tidak jauh beda dengan kesibukan para semut? Lalu, apa yang kita sibukkan selama ini?
Kapan ini semua akan berakhir? Kenapa saya harus lahir di dunia ini? Apakah hanya saya sendiri yang berpikiran seperti ini? Atau apakah saya saja yang terlalu santai untuk menyempatkan diri berpikiran seperti itu? Sedangkan, orang lain yang terus mengejar impian mereka tidak akan memikirkan pertanyaan aneh tersebut? Terkadang saya membandingkan diri saya dengan orang lain. Saya bisa bersyukur karena ada orang yang lebih kurang beruntung ketimbang saya. Saya juga bisa bersedih karena ada orang yang jauh lebih beruntung dari saya. Lalu apa?
Apa yang saya harapkan sering tidak tercapai. Apa yang saya takutkan malah sering terjadi. Orang-orang di luar sana terus mencari tujuan hidup mereka. Yang diharapkan bisa mengubah hidup mereka menjadi lebih baik di masa mendatang. Jikalau bisa, hingga ke anak cucu mereka. Tapi, siapa yang bisa melawan rasa jenuh dalam memperjuangkan hal tersebut? Saya hanya ingin kehidupan yang bisa membuatku semangat setiap hari. Namun, itu ternyata tidak gampang. Hati ini dengan mudahnya berubah dalam sekejap. Terkadang kita tidak ingin membohongi diri sendiri. Yah. Kita tampak bahagia dari luar namun sebenarnya kita cukup tersiksa dari dalam. Atau, kita memang tampak tidak begitu menikmati hidup, namun sebenarnya ada rasa optimis yang hanya diri kita sendiri yang merasakannya? Ya. Ada sebuah harapan di dalamnya.
“Harapan” yang mulai menjawab segala kebimbangan saya selama ini. Ternyata ada sebuah harapan di dalam diri setiap orang yang tidak tampak dari luar. Mereka digerakkan oleh harapan, mereka dipacu oleh harapan, mereka disadarkan oleh harapan. Semua orang terus memperjuangkan diri mereka dalam hidup demi sebuah harapan. Mereka tidak ragu untuk berani mengambil resiko seandainya harapan itu akan berakhir dengan sia-sia. Mereka sudah melupakan “apa tujuan saya hidup?” karena yang mereka pikirkan adalah “apa yang bisa membuat saya menjadi lebih baik dari sekarang?”. Apapun itu, setiap orang layak untuk memperjuangkan hidup mereka, baik karir, keluarga, sahabat, pasangan, kerabat, ataupun dalam masyarakat. Semoga kita tidak duluan “mati” sebelum kita benar-benar menghembuskan nafas terakhir. Ketika kita tidak memiliki harapan, maka kita sudah tidak memiliki kehidupan, walaupun tubuh kita masih aktif bekerja. Tanpa harapan, kita hanya melihat tanpa berpikir, kita hanya bergerak tanpa tujuan, dan kita hanya berbicara tanpa suara.
Feel free to like & share: